Senin, 20 Juli 2009

Perilaku dan Aplikasi

Contoh 1:

Tuan,
Apa yang dilakukan para guru sekarang? Mereka sepertinya tidak tahu apa yang dilakukan pertama kali dalam mengajar penglafalan. Salah satu penglafalan yang membuatku sakit hati adalah ketika orang-orang mengatakan ”Lore” bukannya ”Law”. Di radio dan tv Lore and Order menggantikan Law and Order di semua ucapan penyiar. Bisakah orang-orang melihat bahwa Lore dan Law, Saw dan Soar adalah kata yang berbeda?

Masyarakat yang mempunyai pandangan kuat mengenai bagaimana ”words” atau kata seharusnya seharusnya diucapkan diilustrasikan dengan bagus pada bab ini. Permasalahan pada apakah ”r” diucapkan atau tidak diucapkan dalam bahasa Inggris adalah sebuah contoh bagus dari berubah-ubahnya fitur-fitur linguistik yang menarik perhatian lebih, seperti yang kita temui pada bab 9 dan 10. tidak ada pada hakekatnya baik dan buruk tentang pengucapan [r]. Namun, dalam beberapa komunitas hal ini dikaitkan dengan sebuah contoh ”good speech” (cara pengucapan yang bagus) sedangkan pada komunitas lainnya, pengucapan [r] dikaitkan dengan lucu, kasar, dan sebagai bukti akan kurangnya pendidikan. Akhirnya, perilaku terhadap bahasa mencerminkan sikap pada pengguna dan kegunaan dari bahasa, yang akan kita lihat pada bab ini. Tidak ada pada hakekatnya indah atau benar pada suara tertentu. ”Swallow” (menelan) contohnya, mempunyai konotasi positif pada saat diasosiasikan dengan ”Bird” (burung), tetapi jika kata mendefinisikannya dengan ”action of chewing” (mengunyah) maka asosiasinya akan berubah, dan juga penafsiran pada kata ”beauty” (indah). Maka konteks adalah segalanya.
Beberapa kritik dari pengucap [r] –less (tanpa huruf ’r’) bahwa mereka akan merugikan pengguna bahasa pada area membaca pada umumnya. Mereka berpendapat bahwa masyarakat yang tidak membedakan pengucapan ’lore’ dan ’law’ atau ’sword’ dan ’sawed’ akan menyimpan permasalahan kebutaan huruf kedepannya. Sangatlah mudah untuk menemui ketakutan tersebut. Sementara itu, pembedaan pengucapan bisa menjadi sebuah alat bantu dalam membedakan makna yang tidak perlu. Masyarakat masih berupaya untuk membedakan arti dari ’son’ (anak) dan ’sun’ (matahari), ’break’ (jeda) dan ’brake’ (rem), dan ’write’ (tulis) dengan ’right’ (kanan/benar) terlepas dari fakta bahwa semuanya bersuara sama dalam bahasa Inggris. Tetapi argumen jenis ini, tersambung dalam sikap linguistik yang didasari oleh tanggapan sosial tentang seringnya pembelajaran paslu, yang mengejutkan justru tersebar luas.

Contoh 2:

’Danish’ bukanlah sebuah bahasa, melainkan sebuah penyakit tenggorokan, begitulah tuilisan responden asal Norwegia dalam balasannya kepada kuisoner di tahun 1950an yang menanyai pendapat orang-orang Skandinavia aka hubungan kualitas estetis dari bahasa Swedia, Denmark, dan Norwegia

hasil dari kuisoner menempatkan bahasa Swedia ditempat pertama dan bahasa Denmark di urutan terbawah. Hasil-hasil ini mencerminkan tidak banyaknya hubungan kualitas estetis dari ketiga bahasa sebagai keuntungan politik dari ketiga negara diasosiasikan satu sama lain. Swedia pada saat itu tidak diragukan lagi sebagai pemimpin politik, sementara Denmark – bekas penguasa – mempunyai peran yang kurang dalam politik. Perilaku masyarakat terhadap Swedia dan Denmark merefleksikan politik Skandinavia daripada bahasan mengenai hakikat fitur-fitur linguistik dari bahasa. Dengan bangkitnya pengaruh Denmark melalui keanggotaannya di Komunitas Ekonomi Eropa, seseorang mungkin akan mengaharapkan hasil yang berbeda dari kuisoner yang sama di tahun 1990an.
Telah disarankan bahwa intelligibility juga dipengaruhi oleh perilaku, jadi masyarakat menemukannya lebih mudah untuk mengerti bahasa dan dialek yang diucapkan oleh orang yang disuka atau dikaguminya. Sebuah pendapat yang hampir sama, paling tidak unuk mayoritas anggota kelompok, adalah masyarakat lebih termotivasi, dan secara konsekuen lebih-lebih sukses, dalam pemerolehan bahasa kedua ketika mereka merasakan hal yang positif terhadap mereka yang menggunakannya. Jelas, perilaku ke bahasa mempunyai implikasi yang menarik, keduanya untuk guru politik dan bahasa.
Masyrakat pada umumnya tidak menahan pendapat mengenai bahasa dalam sebuah kebingungan. Mereka mengembangkan sikap terhadap bahasa dimana merelfeksikan pandangan-pandangan mereka mengenai mereka yang mengjarkan bahasa tersebut, dan juga konteks dan fungsi dengan dimana mereka diasosiasikan. Ketika masyarakat mendengarkan aksen atau bahasa yang belum pernah didengar sebelumnya, maka penaksiran mereka akan benar-benar acak. Tidak ada pola. Dalam kata lain, tidak ada persetujuan yang bersifat universal tentang bahasa mana yang tedengar lebih indah dan mana yang jelek, walaupun ada beberapa yang yakin bahwa beberapa bahasa bersifat lebih indah dibandingkan yang lainnya.
Sikap atau perilaku terhadap bahasa sangat kuat dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik, sebagaimana yang telah dibuktikan dalam diskusi pada bab 4 dan 5. Para perencana bahasa harus mengambil catatan atau perhitungan dari sikap atau perilaku ketika memilih mereka memilih sebuah bahasa yang cocok untuk perkembangan sebagai bahasa yang resmi dan nasional. Perilaku atau sikap terhadap pidgin dan creol contohnya, merupakan halangan utama pada saat ini terhadap kemunculan dan penerimaannya sebagai bahasa yang resmi atau untuk digunakan di sekolah. Di beberapa negara, status resmi diberikan kepada bahasa yang tidak populer telah menimbulkan permasalahan. Telah terjadi kekacauan di Belgia dan India untuk permasalahan bahasa, dan terjadi pengeboman-pengeboman dan pemusnahan tanda jalan yang berbahasa Inggris mengilustrasikan kekuatan dari perasaan masyarakat mengenai posisi dari Inggris di Wales. Di Quebeck ditemukan pada tahun 1960an bahwa orang-orang Prancis-Kanada memiliki kecenderungan untuk menilai dengan positif suara dari orang-orang Inggris-Kanada yang berbentuk kaset, lebih intelegensi, berkompeten dan mudah disukai, daripada suara dari Prancis-Kanada. Ditahun 1970an, walau bagaimanapun, penilaian dari suara Prancis-Kanada lebih tinggi, dimana mencerminkan meningkatnya kesadaran politik, dan menigkatnya penghargaan terhadap diri sendiri pada saat itu. Sikap atau perilaku bahasa sangat sensitif sifatnya terhadap perubahan keadaan sosial dan politik.
Sikap atau perilaku bahasa bisa mempunyai sebuah pengaruh yang luar biasa di beberapa wilayah seperti pendidikan. Arugmen dan pendapat di Somalia mengenai tulisan yang mana yang seharusnya digunakan untuk menulis bahasa Somali, bahasa Cushtic, telah menunda kemajuan dalam pengembangan pemberantasan jumlah penyandang buta huruf dalam beberapa dekade. Faktor yang paling mempengaruhi dalam perdebatan ini adalah bukan pada manfaat yang intrinsik yang terdapat pada tulisan alternatif lainnya, tetapi lebih kepada sikap atau perilaku masyarakat terhadap pembicara dan penulis bahasa Arab dan Inggris dan pada fungsi-fungsi dimana bahasa-bahasa tersebut digunakan. Para pendukung dari tulisan bahasa Arab menunjuk pada prestis, bersifat agama, dan kepentingan budaya Arab untuk masyarakat Somalia. Telah diakui bahwa beberapa dari puisi agama telah ditulis menggunakan bahasa Somalia dalam bentuk bahasa Arab yang mempunyai semangat komposisi-komposisi yang sama oleh orang-orang Arab. Mereka yang menganjurkan untuk menggunakan latin Alphabet menunjuk pada kebergunaannya dan akses yang mengarah kepada pemerian informasi dan teknologi. Sebuah usaha dalam mencangkokkkan sebuah tulisan, yang dikenal sebagai tulisan Osmania setalah penemunya Osman Yusuf, telah berusaha, tetapi gagal untuk mengejarnya. Akhirnya, di tahun 1973 tulisan latin diadopsi dan diberi status resmi. Beberapa melihat hal ini sebagai sebuah keberhasilan untuk efisiensi diatas sentimen. Yang lain memandang hal ini sebagai sebuah keputusan yang bersifat birokratis daripada sebuah tulisan yang mempunyai latar belakang budaya. Sikap atau perilaku terhadap bahasa pastilah memberikan kontribusi terhadap tahun-tahun terjadinya kebuntuan dan kurangnya kemajuan dalam memilih sebuah tulisan di Somalia.

Perilaku bahasa bisa memberikan dampak yang signifikan di beberapa area, seperti pendidikan. Perdebatan-perdebatan di Somalia mengenai tulisan mana yang seharusnya dipakai oleh masyarakat Somalia, bahasa Cushitic, perkembangannya ditunda dengan bertambahnya angka buta huruf dalam beberapa dekade. Faktor-faktor yang paling penting dalam perdebatan ini adalah bukan kegunaan intrinsik dari naskah alternatif, tetapi lebih kepada perilaku masyarakat kepada penutur dan penulis bahasa Arab dan bahasa Inggris dan fungsi-fungsinya dimana kapan bahasa-bahasa tersebut digunakan. Pendukung dari naskah basaha Arabmerujuk ke arah prestis, peranan dalam agama, dan kepentingan budaya dari bahasa Arab untuk masyarakat Somalia. Hal tersebut didukung oleh klaim bahwa beberapa dari pusis religius ditulis oleh orang Somalia dalam bahasa Arab. Untuk mereka yang lebih memilih penggunaan latin Alphabet, menekankan kepada kegunaannya dan terlebih kepada akses yang bisa mempermudah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Pada akhirnya, di tahun 1973 sebuah naskah latin alphabet diadopsi dan diberikan status resmi. Beberapa melihat hal ini sebagai kemenangan atas efisiensi, sementara beberapa yang lainnya menganggap hal ini sebagai keputusan birokratis ketimbang mempertahankan naskah yang bersifat budaya. Perilaku terhadap bahasa jelas memberi kontribusi terhadap berhentinya perkembangan dalam sebuah naskah di Somalia.

PRESTIS YANG JELAS DAN TERSEMBUNYI
Kelas elokusi di Belfast dengan muridnya yang baru saja membaca puisi menggunakan pelafalan lokal Belfast seperti ”Jane”. Guru elokusi merespon sebagai berikut:

Guru : bagaimana kamu mengucapkan namanya? (Jane)
Murid : Jane
Guru : bagaimana kamu mengingatnya?
Murid : ”The Rain in Spain falls mainly on Plain.”

Prestis merupakan konsep yang licin. Arti dari prestos yang jelas adalah pembuktian diri sendiri. Variasi standar di dalam sebuah komunitas mempunyai prestos yang jelas. Penutur yang menggunakan variasi standar mempunyai nilai tinggi dalam skala status pendidikan dan pekerjaan, dan penilaian ini mencerminkan asosiasi dari variasi cara berbicara mereka, dimana umumnya dianggap sebagai “cara terbaik” dalam berbicara di dalam sebuah komunitas. Hal ini dengan jelas disukai dan umumnya dikenal sebagai sebuah model dari tuturan yang ”bagus” oleh semua kalangan dari komunitas, tanpa memperhatikan bagaimana cara mereka berbicara. Kenyataannya hal ini telah dianjurkan bahwa persetujuan ini mengenai variasi standar atau aksen terbaik adalah apa yang mengidentifikasi sebuah kelompok masyarakat.
Prestos yang tersembunyi adalah sebaliknya, adalah sebuah istilah ganjil dimana bisa dimaksudkan sebagai peranan dua ide yang berkontradiksi. Bagaimana bisa sesuatu mempunyai prestis jika nilai-nilainya tidak dikenal secara publik?. Istilah prestis tersembunyi telah banyak dighunakan, bagaimanapun, untuk mengarah kepada sikap yang positif terhadap vernakular atau variasi bahasa non-standar. Jelas sekali variasi tersebut dinilai atau mereka akan berhenti menggunakannya. Masih saja, ketika masyarakat ditanyai untuk berkomentar, mereka jarang sekali mengaku untuk menilai mereka (paling tidak terhadap orang asing).
Di beberapa sekolah di Britania dan di New Zealand juga, anak-anak diajarkan untuk berbicara RP dalam kelas elokusi, tetapi mereka tidak akan pernah mengerti jika menggunakannya di luar kelas. Aksen lokal adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan teman, teman kerja dan keluarga. Hl tersebut menunjukkan identitas dan solidaritas dari kelompok. Tidak kaget, banyak orang tidak mau terdengar seperti Margaret Tatcher, Pangeran Charles atau penyiar BBC.
Ada juga sebuah kelompok dalam jumlah yang besar tidak memperhatikan bahwa mereka tidak berbicara dengan aksen yang dikaguminya dan menganggapnya sebagai standar. Kebanyakan orang akan terkejut ketika mereka mendengar suara mereka sendiri dalam bentk rekaman. Beberapa dari keterkejutan ini biasanya berhubungan dengan pengalafalan yang mereka dengar lalu digunakannya.
Ada sebuah cerita menganai seorang public speaker dalam sebuah konferensi, di dalam pidatonya mengenai pertentangan ketidak teraturan dan pengucapan yang buruk seperti penggunaan ”gonna” untuk ”going to” dia mengakhirinya dengan:

”Dan saya memebritahukan kepada anda saya percaya bahwa pengalafalan yang tercela ini harus ditentang oleh semua guru dan menghilangkannya secara total, dan saya akan sangat ”damn” (kutukan) yakin bahwa tidak ada murid di kelas saya yang menggunakannya.”

Seperti mengutuk mulutnya sendiri dengan sebuah lafal yang sudah dikenal, dan dia pun malu dan larut dalam tawa dari audiensinya. Hampir sama, dalam contoh 4

Contoh 4:
Kasus dari Debbie S dan Nyonya S berakhir dalam catatan yang tidak menyenangkan. Di dalam diskusi mengenai ’r’ baik ibu dan anak bersikeras bahwa mereka selalu melafalkan ’r’ mereka..... mereka mengolok pembicara 2 (salah satu dari pembicara dalam rekaman yang yang diputarkan untuk mereka) untuk menghilangkan satu ’r’ dan mereka tidak dapat percaya kalau mereka membuat kesalahan oleh mereka sendiri. ”Dengan tidak bijak saya memutar kembali rekaman dimana Mollie S mengucapkan ’strawberry shortcake, cream on top, tell me the name of my sweetheart’. Dia bisa mendengarkan kurangnya ’r’ dalam ucapannya tetapi setealah beberapa waktu berpikir dia menjelaskan situasi sebagai sebuah pemindahan psikologis, dia membayangkan dirinya sendiri dalam masa kecil, dan menggunakan bentuk penglafalan kekanak-kanakan. Lalu saya memutar kembali bagian ujaran yang berhati-hati, diskusi mengenai common sense, dan juga bacaan Debbie tentang teks standar. Ketika nyonya S dan anak perempuannya pada akhirnya menrima fakta bahwa mereka secara teratur mengucapkan ’r’ dengan cara mereka sendiri”.

Realisasi bahwa kita tidak selalu berbicara seperti yang kita bayangkan bisa memberikan bukti sebagaimana sebuah surat keberatan untuk tidak terlalu cepat dalam menghakimi ujaran orang lain.
Conotoh 5:
Ray adalah pemuda asal West Indian yang memilikidaftar-daftar linguistik termasuk Patois sebagaimana juga Inggris standar dengan aksen London. Dia tidak mempunyai bayangan mengenai pandangan gurunya mengenai Patois, variasi bahasa yang digunakannya dengan temannya. ”Dia (guru) lebih suka kita tidak mengucapkan apapun jika kita tidak menggunakan bahas Inggris yang layak. Dan juga untuk Patois lainnya dia akan marah jika dia mendengarkan kita menggunakannya di sekolah, dia menyebutnya jorok, ujaran yang jelek.”

Creole milik Jamaika, atau Patois yang sudah didiskusikan pada bab 2 dan 8 adalah sebuah contoh yang bagus dari sebuah kode yang bertahan karena bahasa tersebut dinilai sebagai tanda dari identitas oleh penggunanya. Kita bisa menyebut hal tersebut mempunyai prestis yang tersembunyi semenjak sedikit sekali kulit hitam mengakui kepada orang lain bahwa keahlian dalam Patois sangat dikagumi, khususnya diantara anak-anak muda Britania yang berkulit hitam. Sebagaimana contoh 5 mengindikasikan adanya perilaku/sikap yag resmi terhadap bahasa, bahkan di tahun 1980an dianggap sebagai perbuatan tercela terhadap pengurangan bentuk bahasa Inggris yang dianggap sebagai penghalang kemajuahn pendidikan dari anak-anak Jamaika di Britania. Guru-guru telah mendeskripsikan bahasa yang dipakai muridnya yang berasal dari West Indian sebagai ”kebayi-bayian”, ”kurang berhati-hati”, dan ”jorok”, dan juga ”kurangnya tata bahasa yang layak” persis seperti cara mereka berjalan. Faktanya Patois adalah sebuah variasi bahasa dengan tata bahasa yang kompleks, pengucapan yang khusus, dan beberapa pokok perbendaharaan kata yang khusus yang kita lihat di bab 8.
Secara jelas sikap yang negatif terhadap Patois mencerminkan tekanan posisi sosial kepada masyarakat West Indian di Britania terhadap fitur-fitur dalam bahasa itu sendiri. Pindahan asal West Indian yang pergi ke Britania yang pergi ke Britania selama periode 1950an dan 1960an dengan sebuah sikap umum yang positif untuk mencari pekerjaan.

SOSIOLINGUISTIK DAN PENDIDIKAN
Dialek Vernakular dan Kerugan Edukasional

Banyak ahli sosiolinguis ikut serta dalam perdebatan publik ini mengenai implikasi edukasional dari penelitian mereka. Contoh yang paling dikenal adalah kemungkinan pada bagian dimana ahli sosiolinguistik mendebatkan penggunaan bentuk dialek vernakular adalah mengalami kekurangan secara linguistik.
Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa kesempatan dibanyak komunitas bahasa dengan anak-anak kelas menengah yang melakukannya lebih baik di sekolah dari pada anak-anak yang berasal dari kelas pekerja. Mereka mendapatkan hasil ujian yang lebih bagus. Hal senada adalah, walaupun ada beberapa ekspektasi bahwa anak-anak yang berasal dari budaya yang lebih modern pada umumnya mempunyai posisi yang lebih bagus di sekolah ketimbang mereka yang berasal dari kelompok minoritas. Dalam komunitas yang berbahasa Inggris fakta-fakta tersebut seringkali disalah hubungkan dengan fakta bahwa anak-anak dari kelompok yang sukses lebih cenderung menggunakan bentuk dialek standar – mereka menggunakan standar bahasa Inggris – sementara ujaran yang berasal dari kelompok yang kurang sukses seringkali mengikut sertakan bentuk vernakular dengan frekuensi yang sering.
Hal tersebut adalah sebuah wilayah dimana beberapa sosiolinguis telah berusaha dengan keras untuk menjadi berguna. Beberapa telah mengambil penelitian untuk menginvestigasi tingkatan dimana penggunaan dari bentuk vernakular atau variasi khusus seperti Patois di Britania bisa berperan sebagai pembatas dalam komunikasi antara guru dan murid. Yang lainnya telah menginterpretasikan hasil dari penelitian sosiolinguistik untuk guru.dan mempersembahkan saran dan rekomendasi untuk kegiatan kelas.

Contoh 9:
Di tahun 1977 Moria Lewis berumur 8 tahun. Dia tinggal di kota Ann Arbor di Amerika Serikat tepatnya di Green Road, sebuah wilayah dimana disana terdapat masyarakat yang kaya dan miskin. Dia bersekolah di sekolah lokal, SD Marthin Luther King, itu adalah sebuah skolah yang didominasi oleh anak-anak berkulit putih, tetapi disana juga ada anak-anak keturuanan Afrika-Amerika atau Afro-America seperti Moira dan beberapa dari Asia dan juga Latin. Diwaktu Moria berumur 8 tahun, ibu Moira meyakini bahwa anaknya tidak berbuat maksimal di sekolahnya. Dia berbicara kepada temannya sesama keturunan Afrika-Amerika, dari pihak sekolah memberi label yaitu sebagai ”ketidak mampuan belajar”. Tetapi ibu Moira dan teman-temannya mengetahui lebih baik dari ppihak sekolah. Anak-anak mereka sangatlah sehat, anak-anak yang cemerlang. Hanyalah sekolah yang menggagalkan, dan bukan anak-anaknya. Sang ibu pun mengambil keputusan untuk membawa permasalahan ini ke pengadilan, menuntut bahwa para guru dirasa kurang mampu dalam memberikan pendidikan untuk anak-anak mereka. Para ibu memenangkan kasus mereka, dan pihak sekolah diminta untuk menyediakan sebuah program untuk Moira dan teman-temannya dimana telah diberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan kesuksesan edukasional.

Dalam contoh diatas, ibu-ibu keturunan Afrika-Amerika berpendapat bahwa sekolah lokal tidak memperhitungkan keahlian linguistik dan kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Beberapa ahli sosiolinguistik yang disebut sebagai ”saksi ahli” untuk memberikan kesaksian bahwa bahasa Inggris orang hitam yang digunakan anak-anak adalah sebuah dialek khusus yang berasal dari standar bahasa Inggris Amerika, dengan sebuah sejarah khusus dan asal-usul dalam sebuah Creole yang dikembangkan pada masa perbudakan perkebunan Amerika. Hakim menerima testimoni mereka dan memperintahkan pihak sekolah untuk memperhitungkan fitur-fitur dari dialek yang dimiliki anak-anak. Dia menunjuk bahwa guru dan murid harus saling mengerti satu sama lain, dan mengekspresikan pola pikir mereka bahwa halangan utama terhadap perkembangan anak diambil dari bentuk sikap negatif yang tidak disengaja oleh guru terhadap anak-anak yang berkomunikasi dengan bahasa Inggris orang hitam. Langkah-langkah yang sudah diambil untuk meredakan situasi yang paling utama adalah mealith guru secara intensif. Hal ini termasuk, contohnya, membantu mereka membedakan antar fitur-fitur dari dialek anak-anak dan membaca kesalahan-kesalahan, dan menyarankan kepada mereka bagaimana cara mereka membantu anak-anak untuk mengembangkan kemampuan mengalihkan dari bahasa Inggris orang kulit hitam dengan standar bahasa Inggris Amerika.
Perbedaan-perbedaan dialek tentu saja dapat membawa ke kesalah pahaman, khususnya jika pengguna dialek vernakular belum pernah mengerti kegunaan dari dialek standar. Dalam kebanyakan komunitas berbahasa Inggris, bagaimanapun, seperti di Ann Arbor, ada sedikit bukti bahwa anak-anak yang menggunakan b ntuk vernakular mempunyai masalah dalam memahami bahasa Inggris standar yang mereka dengar dari televisi, radio, dan dari guru mereka. Kenyataannya, sosiolinguis telah mendemonstrasikan bahwa dalam beberapa komunitas, paling tidak, anak-anak sangat mengerti mengenai dialek standar, semenjak mereka ditanyai untuk mengulang kembali kalimat-kalimat dengan menggunakan bahasa standar mereka sering sekali menginterpretasikan dengan akurat kedalam ekuivalen vernakular, sebagaimana pasangan dari kalimat yang terdapat pada contoh 10. Kalimat (b) pengulangan kembali dari sang anakdari kalimat (a).

Example 10
(a1) Nobody ever sat at any of those desks.
(b1) Nobody never sat at no desses.

(a2) I asked Alvin if he knows how to play basketball.
(b2) I aks Alvin do he know how to play basketball.

Penterjemahan mengisyaratkan pemahaman, jika, sebagaimana diutarakan oleh contoh-contoh, pemahaman biasanya bukanlah sebuah halangan utama, pertanyaan selanjutnya adalah apakah segalanya harus diselesaikan untuk mengubah ujaran dari anak-anak yang menggunakan bentuk vernacular.
Para ahli sosiolinguistik telah menunjuk bahwa percobaan mengenai merubah ujaran masyarakat tanpa kerjasama yang bagus dari mereka adalah sia-sia. Masyarkat mampu merubah ujaran mereka sendiri jika mereka benar-benar menginginkannya, tetapi guru dan orang tua akan membuang-buang waktu mereka untuk memperbaikinya jika anak-anak tidak mau terdengar berbeda. Telah diperhatikan bahwa ketika anak-anak menirukan gurunya hanyalah untuk bersenang-senang, atau ketika mereka bermain peran di dalam permainan yang merupakan kegiatan sekolah, mereka sering sekali menghasilkan bentuk standar dengan konsisten untuk selama yang dibutuhkan. Motivasi dan pilihan bebas adalah faktor penting, dan percobaan lainnya untuk mengajar bentuk dialek standar tidak akan sukses tanpa mereka.
Jika, walau bagaimanapun, anak-anak dapat melihat suatu poin dalam menguasai bentuk standar secara konsisten di konteks khusus, seperti wawancara pekerjaan, maka, dengan informasi yang disediakan oleh sosiolinguis, guru mampu menyediakan murid dengan bimbingan dimana bentuk vernakular adalah hal yang mencolok untuk pendengar. Banyak sosiolinguis percaya, bagaimanapun, bahwa kewajiban utama mereka adalah untuk mengedukasi komunitas untuk menerima variasi dan bentuk vernacular, tanpa mengutuk atau memandang penggunanya untuk mengadopsi bentuk ujaran standar. Hal ini merupakan are yang masih dikerjakan dan diperdebatkan dalam pendidikan linguistik.

KEKURANGAN LINGUISTIK
Sebuah area dimana penelitian sosiolinguistik telah membuktikan kegunaannya adalah area dari percobaan pendidikan. Sosiolinguis telah mendemonstrasikan bahwa pernyataan mengenai anak-anak dari kelompok minoritas dan anak-anak dari kelompok kelas pekerja memiliki kekurangan dalam segi linguistik yang pada umumnya dilandasi oleh kurangnya tes atau ujian. Kontribusi yang utama dari sosiolinguis di wilayah ini adalah untuk menghasilkan bukti mengenai efek dari faktor-faktor kontekstual dalam tuturan.
Sebuah contoh yang akan disajikan akan mengilustrasikan pokok bahasan ini. Dalam rangka untuk memperluas perbendaharaan dan tata bahasa mereka, adalah hal biasa bertanya kepada anak-anak untuk menyelesaikan sejumlah tes atau ujian bahasa. Di waktu yang sama, ujian-ujian ini sering sekali diadministrasikan oleh seorang dewasa, asing dan berasal dari latar belakang sosial yang berbeda dari sang anak, dan terkadang berasal dari sebuah kelompok etnik yang berbeda pula. Sebagai aturan, setiap anak diwawancarai secara individu di dalam ruangan yang tenang di sekolah. Anak-anak yang berasal dari latar belakang kelompok minoritas dan kelas pekerja yang diuji dengan kondisi-kondisi ini umumnya tidak berjalan dengan baik. Mereka meresponnya dengan biasa-biasa saja, berkata sesedikit mungkin, dan setelah itu keluar dengan perasaan lega ketika semua proses berakhir. Anak-anak dari kelas menengah adalah sebaliknya, mereka cenderung untuk melakukannya lebih baik. Mereka lebih berniat untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban yang panjang.
Para ahli sosiolinguistik menunjukkan bahwa walaupun hal-hal tersebut mengadministrasikan mereka ataupun mereka mengadministrasikan tes-tes ini dengan kondisi yang ’standar’ dan ’terkontrol’, ada beberapa fakta beberapa perbedaan penting dengan pengalaman dari anak-anak kelas menengah dibandingkan dengan yang lainnya sedang dalam pengujian. Seorang dewasa yang asing menggunakan dialek standar akan terlihat seperti teman dari ibu atau ayahmu jika kamu berasal dari anak kelas menengah. Jika kamu bukan dari golongan tersebut, pengalamanmu akan orang dewasa yang menggunakan variasi standar adalah guru, pekerja sosial, dan anggota pemerintahan – bukan tipe orang dimana seorang anak kecil ingin berbicara untuk jangka waktu yang lama jika mereka bisa menhindarinya.

Contoh 11:
Michelle pulang sehabis sekolah setelah ujian sejarahnya.
”bagaimana kamu mengerjakannya?” tanya ibunya. ”apa yang mereka tanyakan padamu?”
”aku harus menulis tentang Captain Cook”, Michelle membalas.
“apa yang kamu katakan?” Tanya ibunya.
Jadi Michelle menceritakan kepada ibunya tentang semua cerita menarik mengenai petualangan Captain Cook yang dijawabnya pada saat ujian.
Akhirnya, ibunya menginterupsi, ”tapi tidakkah kamu memberitahu bahwa dia adalah salah satu dari orang Eropa yang menjelajah New Zealand?”
”oh tidak” dia menjawab ”aku pikir mereka tahu tentang itu!”.

Jenis dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh pewawancara juga sepertinya lebih familiar untuk anak-anak kelas menengah. Para orang tua kelas menengah sepertinya akan menginstruksikan anak-anak untuk ’memperlihatkan apa yang diketahuinya’. Contohnya adalah ketika nenek berkunjung, Pauline kecil diberi instruksi, ”katakan kepada nenek apa yang kamu lakukan di hari Minggu!.” Jenis dari instruksi ini juga dipakai di dalam ujian, contoh: ”katakan semua yang kamu ketahui tentang gambar ini”. Untuk anak-anak yang biasa mendapatkan pertanyaan ini – pertanyaan dimana kuisonernya sudah tentu mengetahui jawabannya – instruksi seperti itu bukanlah sebuah masalah. Anak-anak yang lainnya mungkin akan menemukan diri mereka bingung dan bertanya-tanya jika disitu terdapat maksud yang tersembunyi atau permainan. Dengan kata lain, kondisi dari ujian tidak sama untuk semua anak-anak.
Sosiolinguis mampu memberikan bukti bahwa anak-anak yang memberi respon biasa-biasa saja dalam sebuah tes wawancara merupakan anak yang fasih dan komunikatif dalam konteks yang berbeda – contohnya dengan teman mereka. Salah seorang peneliti menunjukkan bahwa konstruksi evaluatif digunakan dalam story-telling oleh keturunan remaja Afrika-Amerika yang dia rekam bahwa ternyata lebih berkembang atau dewasa daripada yang digunakan oleh mereka yang berkulit putih. Dengan kata lain, kenyataan bahwa anak-anak ini mengalami kekurangan linguistik atau ’tidak mempunyai bahasa’ atau terbatas dengan ’kode khusus’ disangkal sepenuhnya. Formalitas dan ketidak familiaran mengenai konteks ujian untuk anak-anak ini diperhitungkan sebagai kesalahan dalam penarikan kesimpulan bahwa mereka kehilangan linguistik.
Hal itu juga menunjukkan bahwa bahasa dari ujian lebih mirip untuk anak kelas menengah daripada anak yang berasal dari kelompok sosial lainnya. Ketika merespon ujian pertanyaan-pertanyaan dianalisa, ditemukan bahwa terkadang jawaban yang betul tetapi dengan menggunakan bentuk vernakular dianggap sebagai jawaban salah, karena mereka tidak benar-benar cocok dengan bentuk dari jawaban di daftar jawban. Sekali lagi, bukti dari para ahli sosiolinguistik adalah berharga untuk mendemonstrasikan bahwa bahasa anak sistematis secara linguistik dan terstruktur dan bukan tidak mencukupi atau kurang baik.

Contoh 12
Alan berumur 15 tahun yang sedang benar-benar dibenci oleh guru bahasa Inggrisnya. ’dia tidak tertarik dengan ide kita’, ucapnya ’atau meskipun kita asli atau kreatif. Hal yang paling dia urusi hanyalah kata! Anak laki-laki yang mendapatkan nilai tertinggi menggunakan sebuah kamus. Dia hanya melihat kamus dan memilih kata yang terpanjang dan menempelkannya. Bahkan dia tidak tahu apa yang dimaksud.

Pada tingkatan yang kedua sosiolinguis telah mengekslporasi lebih secara spesifik mengenai cara dimana jangkauan perbendaharaan kata dari anak kelas menengah dibedakan dari mereka yang berasal dai kelas pekerja. Melalui bacaan dari jenis-jenis buku yang disetujui oleh guru, dan memberi informasi kepada perbendaharaan kata dari orang dewasa yang terpelajar, beberapa anak lebih familiar daripada yang lainnya dengan kata dari Graeco-Latin Origin. Kata-kata tersebut - seperti education, exponent, relation atau expression – berhasil diantara 65 dan 100 persen dari ahli perbendaharaan kata yang dipelajari di sekolah menengah dan institusi tingkat ketiga. Tentu saja anak yang familiar dengan kata-kata tersebut akan berada dalam posisi diuntungkan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa diantara umur dua belas dan lima belas perbedaan yang hebat dikembangkan dalam penggunaan oral dengan kata-kata tersebut oleh anak yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda.
Anak yang menggunakan kata-kata dari Graeco-Latin origin dengan keterkenalannya dan keyakinan akan terlihat lebih sukses dalam ujian yang membutuhkan pengetahuan mengenai perbendaharaan kata tersebut dalam area pelajaran tertentu. Anak yang berasal dari rumah dimana orang dewasanya membaca tidak untuk hiburan, dan membaca adalah bukan kegiatan normal sehari-hari, cenderung mengembangkan sebuah perbedaan jarak dari perbendaharaan kata – satu dimana nilai yang hebat dari banyak lingkaran mengenai kehidupan sehari-hari mereka, tetapi memiliki sedikit relefansi dalam pemahaman mengenai materi yang mereka temui di buku teks sekolah tingkat menengah.
Satu alasan mengapa anak yang berasal dari kelas perkerja gagal di sekolah, adalah bahwa keganjilan yang menumpuk melawan mereka. Kriteria untuk sukses adalah kriteria kelas menengah – termasuk bahasa kelas menengah dan cara mereka berinteraksi. Kefamiliaran dengan perbendaharaan kata berperan penting terhadap kesuksesan di sekolah adalah belum sebuah contoh dari keuntungan kelas menengah. Alasan kedua yang diidentifikasikan oleh sosiolinguis adalah bahwa banyak dari anak-anak mengenali sekolah adalah institusi kelas menengah. Salah satu potongan yang sangat dramatis bukti dari hal ini adalah disajikan oleh sebuah penelitian dari geng remaja laki-laki di New York. Para anggota geng adalah anak-anak yang gagal di sekolah, belum banyak dari mereka memili kemampuan yang bagus secara verbal. Untuk menjaga posisi sebagai pemimpin kelompok di Harlem wilayah dari New York, membutuhkan kecerdasan dan pertimbangan fasilitas verbal. Mereka bisa menukar hinaan dengan kesenangan dan meresponnya dengan cepat. Ada sedikit keraguan tentang kemampuan bahasa mereka. Masih saja belum dari anak-anak muda ini tertinggal 3 tahun atau lebih dalam tingkatan membaca mereka, dan tidak ada dari mereka mendapatkan nilai diatas normal dari anak-anak umur 11an. Ada apa lagi, semakin tinggi status mereka di geng, semakin kecil nilai mereka. Alasannya cukup rumit, tetapi yang paling penting dan mendasar adalah bahwa mereka tidak saling berbagi tentang ide-ide sekolah dimana yang seharusnya patut untuk diketahui. Mereka tidak mengidentifikasi menggunakan pola pikir sekolah, dan mereka mengetahui bahwa sekolah tidak menghiraukan kemampuan dan nilai mereka. Mereka merasa bahwa mereka telah dianggap sebagai orang luar sejak awal, dan tidak melihat adanya kenyamanan semenjak mereka tidak punya kesempaan untuk menjadi berhasil.
Perbedaan struktural diantara variasi standar dan vernakular dapat membawa ke arah ketidak akuratan taksiran mengenai potensi anak didik. Perbedaan-perbedaan diantara kelompok dalam persepsi mereka mengenai cara yang tepat untuk berbicara mengenai konteks variasi dapat juga membawa ke arah evaluasi yang tidak akurat tentang kemampuan anak.

KESIMPULAN
Bab ini telah mendeskripsikan tentang jangkauan dari sikap atau perilaku terhadap bahasa dan terhadap variasi bahasa, sebagaimana beberapa dari implikasi sosial dan edukasional seperti sikap. Variasi linguistik dari kelompok yang berbeda dan aturan sosiolinguistik mereka, atau cara yang tepat untuk berbicara dalam konteks yang berbeda, bisa menjadi cukup berbeda. Informasi sosiolinguistik pada basis sosial dari sikap atau perilaku terhadap variasi-variasi ini dan kegunaan mereka membantu menjelaskan mengapa anak yang berasal dari kelompok kelas sosial bawah dan anak yang berasal dari latar belakang kelompok minoritas sering tidak sukses di sekolah. Penelitian sosiolinguistik dapat membangtu dalam mengidentifikasi fokus-fokus konflik yang potensial, dan menyarankan gaya alternatif dari interaksi yang mungkin akan sukses.
Ada celah dari bab ini untuk mengeksplorasi dalam jangkauan yang kecil dari contoh, secara spesifik di dalam bidang linguistik pendidikan, dimana implikasi dan aplikasi dari studi sosiolinguistik dapat menguntungkan. Bercermin dari variasi sosiolinguistik yang dideskripsikan di bab sebelumnya anda akan mampu untuk berpikir akan adanya lebih banyak lagi implikasi dan aplikasi dari penelitian sosiolinguistik. Perencanaan bahasa, contohnya, adalah jelas sebagai area pengaplikasian sosiolinguistik. Pembelajaran bahasa kedua adalah area lainnya dimana informasi sosiolinguistik dalam pola penggunaan bahasa dan sikap terhadap bahasa telah dibuktikan sebagai hal yang bernilai. Informasi sosiolinguistik dapat secara berguna menjelaskan banyak dari interaksi sehari-hari dalam sebuah komunitas ujar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar