Jumat, 10 Juli 2009

Membangun Desain Penelitian

Bagian dari proposal penelitian menyajikan sebuah desktipsi dari desain dan metode yang mempunyai tiga tujuan utama. Pertama, mempersiapkan sebuah rencana untuk pengadaan penelitian. Kedua, menunjukkan kepada para pembaca bahwa peneliti mampu mengadakan penelitian tersebut. Ketiga, untuk menyatakan kebutuhan dan strategi-strategi untuk menjaga fleksibilitas dari sebuah desain yang menjadi tanda atau trade mark dari metode penelitian kualitatif. Tujuan yang terakhir biasanya yang paling menantang.
Delapan topic utama dialamatkan pada bagian ini: (a) jenis kualitatif, strategi keseluruhan, dan rasionil; (b) pemilihan lokasi, pemilihan populasi, atau keduanya; (c) peran peneliti; (d) metode pengumpulan data; (e) manajemen data; (f) strategi penganalisisan data; (g) dapat dipercaya; dan (h) manajemen rencana dan garis waktu. Senada dengan hal ini adalah tantangan akan menunjukkan rencana yang jelas dan kongkrit, detail yang spesifik sementara memenej flexibilitas dalam implementasinya. Setelah membahas tantangan ini, kita mengarah ke yang pertama dari tiga topik. Bab 4 mendeskripsikan metode pengumpulan data, diikuti dengan sebuah diskusi dari strategi-strategi manajemen, penganalisisan, dan menginterpretasikan data di Bab 5. Karena memenej keseluruhan proses penelitian (menggunakan manajemen perencanaan dan waktu) dan dapat dipercaya membutuhkan pengelaborasian penuh.

Menemui Tantangan

Bagaimana agar para peneliti dapat mempertahankan kebutuhan akan fleksibilitas dari model, sehingga penelitian bisa “terbuka, muncul/timbul” dan masih mempersembahkan sebuah gagasan yang logis, ringkas dan memenuhi kriteria “mampu”? pada bagian metode penelitian seharusnya menunjukkan kepada pembaca tentang keseluruhan rencana dan menunjukkan bahwa peneliti berkompeten untuk menangani penelitian tersebut, mampu untuk memakai penyusunan metode, dan cukup mawas diri dan tertarik untuk menopang kesuksesan dari penelitian. Desain ini dan pertahanan peneliti akan hal itu harus berdiri untuk dipertanyakan. Lagipula, desainnya haruslah meyakinkan pihak pembaca bahwa peneliti mampu menangani sebuah proses yang kompleks dan personal, sering membuat keputusan-keputusan selama proses terbuka, mengalir, menggelinding, dan timbul.
Peneliti seharusnya mendemonstrasikan kepada pembaca bahwa dia berhak untuk memodifikasi desain aslinya sebagaimana penelitiannya berkembang; membangun fleksibilitas kedalam desain sangatlah krusial. Peneliti melakukannya dengan (a) mendemonstrasikan kelayakan kelogisan akan penggunaan metode kualitatif untuk rumusan masalah yang khusus, dan (b) membangun sebuah proposal yang didalamnya terdapat banyak elemen-elemen dari model-model tradisional. Didalam waktu yang sama, peneliti berhak untuk merubah rencana implementasi selama proses pengumpulan data. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada bagian ini dari sebuah proposal seharusnya mendiskusikan kerasionalan dan kelogisan dari jenis khusus kualitatif dimana penelitian diadakan, strategi keseluruhan, dan elemen-elemen desain yang spesifik. Pada saatnya, walau bagaimanapun, peneliti mungkin membutuhkan membenarkan atau memberikan alasan mengenai penelitian kualitatif secara umum, sebelum mensituasikan studi yang diajukan dalam sebuah jenis penelitian. Pertama kita akan berbicara kenyataan akan isu ini lalu fokus ke jenis-jenis dan pendekatan-pendekatan yang spesifik.

Menjelaskan Penelitian Kualitatif

Dalam beberapa tahun belakangan ini, nilai dan prestis dari penelitian kualitatif telah menguap di beberapa bidang. Masih saja, diberikan dominasi historis dari penelitian ilmu pengetahuan sosial oleh cara lama, model-model kuantitatif dan iklim konserfatif yang sekarang sedang berlangsung didalam pemerintahan federal, peneliti harus dengan baik mengembangkan sebuah penjelasan mengenai penelitian kualiatif pada umumnya. Untuk membuat hal tersebut terwujud, kekuatan dari metodologi penelitian kualitatif seharusnya diperkuat dengan mengelaborasikan nilai seperti yang terdapat pada studi-studi tersebut untuk tipe-tipe penelitian sebagai berikut (Linclon & Guba, 1985 Marshall, 1985a, 1987):
• Penelitian yang menilik tentang deskripsi cultural dan etnografi
• Penelitian yang mendatangkan konstruksi realita ganda, dipelajari secara holistic
• Penelitian yang mendatangkan pengetahuan terselubung dan pengertian subjektif dan interpretasi
• Penelitian yang menyelidiki di kedalaman sampai proses dan kompleksitas
• Penelitian pada fenomena yang jarang diketahui atau sistem-sistem inovatif
• Penelitian yang mencari untuk mengeksplorasi dimana dan mengapa kebijaksanaan dan pengetahuan dan kegiatan lokal dalam keadaan ganjil
• Penelitian pada hubungan informal dan tak terstruktur dan proses dalam organisai-organisasi
• Penelitian akan kenyataan, sebagaimana ditentang untuk dimunculkan, tujuan-tujuan organisasi
• Penelitian yang tidak dapat dilakukan secara eksperimen untuk alasan etik dan praktis
• Penelitian dengan variabel-variabel yang relevan yang belum diidentifikasi.

Dukungan lebih jauh ditemukan di banyak teks-teks pengantar yang bagus pada metode kualitatif yang mendeskripsikan karakteristik dan kekuatan dari metode kualitatif (lihat Bab 1). Mengarah pada sumber-sumber ini, peneliti mengajukan sebuah penelitian dalam sebuah seting khusus (misalnya, ruangan rumah sakit atau agensi pelayanan sosial) dapat berargumentasi bahwa kegiatan manusia sangat dipengaruhi oleh seting dimana mereka berada dan oleh karena itu diadakan studi mengenai realita kehidupan. Seting fisik dan sosial – jadwal, ruang, pembayaran, dan ganjaran – dan dugaan internalisasi dari norma-norma, tradisi, peranan, dan nilai adalah aspek penting dalam sebuah lingkungan. Demikian, untuk penelitian kualitatif, konteks menjadi masalah. Peneliti bisa berpendapat bahwa studi seharusnya dilakukan di seting dimana semua kompleksitas ini menjalankan kelebihan waktu dan dimana data pada versi-versi ganda dari realitas bisa dikumpulkan. Untuk sebuah penelitian yang berfokus dalam sejarah hidup individu, peneliti juga bisa berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bisa dimengerti kecuali penetapan arti manusia dimengerti oleh mereka. Karena pola pikir, perasaan, kepercayaan, nilai, dan dunia asumtif ikut berpengaruh, peneliti harus mengerti lebih dalam mengenai perspektif yang dapat menangkap melampaui interaksi tatp muka.
Mengkritisi dan mendemonstrasikan batas-batas dari kuantitatif, pendekatan kaum positif bisa menjadi strategi yang cemerlang untuk menjelaskan kegunaan dari metode kualitatif. Peneliti mungkin lebih jauh akan mengkritik model eksperimental dengan mencatat bahwa pembuat kebijaksanaan dan praktisi-praktisi biasanya tidak mampu untuk mengambil arti dan penemuan yang bermanfaat dari penelitian yang eksperimental dan bahwa teknik penelitian itu sendiri telah mempengaruhi penemuan. Laboraorium, kuisoner, dan seterusnya telah menjadi benda hasil dari kecerdasan. Subjek yang juga mencurigakan dan berhati-hati atau mereka waspada akan apa yang diinginkan peneliti dan mencoba memuaskan mereka. Dan perneliti bisa mendeskripsikan cara-cara dimana kisah-kisah – naratif kompleks dari pengalaman hidup – ditutupi oleh metode kuantitatif atau lebih buruk lagi digantikan oleh mereka.
Pendeknya, kekuatan dari penelitian kualitatif seharusnya didemonstrasikan untuk penelitian yang eksplorator atau deskriptif dan yang menekankan akan pentingnya konteks, seting, dan kerangka referensi partisipan. Sebuah penjelasan yang sangat beralasan dan meyakinkan untuk metode kualitatif seharusnya memasukkan sebuah keringkasan tetapi memliki rasional yang kuat benar-benar dilakukan dengan kerangka kerja konseptual, dan untuk metode pengumpulan data yang spesifik. Rasionalisasi seharusnya menunjukkan bagaimana pemilihan dari metode mengalir dari rumusan masalah. Seperti dua contoh ini yang mengilustrasikan hal tersebut. Untuk studi etnografi milik Glazier (2004) yaitu pada kemampuan kerja kolaboratif dari guru Arab dan Yahudi di Israel untuk pengaruh pemahaman terhadap yang lainnya, argumentasi yang memaksa yaitu mengenai triangulasi dari data kualitatif yang memperbolehkan perspektif ganda. Mishna (2004) juga menunjukkan argumen yang kuat bahwa sebuah studi yang menggunakan interview dengan anak-anak dan para orangtua mengenai kenakalan membutuhkan sebuah metodologi kualitatif untuk menangkap konteks, interpretasi pribadi, dan pengalaman. Sebagaimana Mishna menunjukkan,
Data kualitatif ....... mempunyai hak-hak istimewa mengenai sejarah hidup individual ...... memperluas pemahaman kita terhadap sudut pandang dari anak-anak dan dewasa adalah kunci untuk mengembangkan pencegahan yang efektif ..... anehnya kita mengetahui sedikit mengenai dinamika dari hubungan kenakalan sekolah ...... hal ini sangat vital untuk mengetahui perspektif anak-anak ketika mencoba untuk mengidentifikasi proses yang mengikutsertakan dalam hubungan problematik sebaya. (p.235)

Amati bagaimana peneliti ini mempersembahkan diawal mengenai apa yang telah diketahui, lalu apa yang masih dibutuhkan, lalu mengapa topik ini membutuhkan pendekatan kualitatif.

 Genre Kualitatif dan Pendekatan Penelitian
Walaupun penerimaan terhadap penelitian kualitatif sekarang ini tersebar luas, di mana suatu studi diposisikan. Banyak tradisi yang bernuansa penelitian kualitatif dapat digolongkan menjadi (a) pengalaman hidup individu (b) masyarakat dan budaya (c) bahasa dan komunikasi. Argumentasi yang paling memaksa menekankan pada keunikan dari genre untuk penelitian adalah penyelidikan atau deskriptif, yang menerima nilai dari konteks dan setting, dan pencarian itu adalah untuk pemahaman yang lebih dalam mengenai pengalaman hidup partisipan sebagai fenomena dalam penelitian. Satu asmusi yang umum untuk semua jenis adalah pengekspresian maksud masyarakat mengenai beberapa aspek dari kehidupan mereka. Dibawah ini, proposisi klasik milik Thomas (1949) bahwa, dalam studi mengenai pengalaman hidup manusia sangatlah penting untuk mengetahui bagaimana masyarakat mendefinisikan situasi mereka: “jika manusia (sic) mendefinisikan situasi sebagai kenyataan, maka mereka nyata dalam konsekuensi mereka.” (p.301). Menjelaskan kelogisan dan hubungan-hubungan paksaan – integritas epistimologi – diantara jenis, strategi keseluruhan, rumusan masalah, desain, dan metode seringnya cukup meyakinkan.

Strategi Keseluruhan
Kesempurnaan dan keaneka ragaman dari strategi disain dalam penelitian kualitatif adalah jelas dalam studi spesifik literatur. Analisa mengenai kesempurnaan ini menghasilkan tiga strategi yang berbeda, masing-masing berhubungan dengan genre seperti yang sudah disebutkan tadi ( lihat tabel 3.1). Suatu studi yang memusatkan pada pengalaman hidup individu memiliki tipikal bersandar pada suatu strategi wawancara mendalam. Walaupun mungkin dilampirkan dengan jurnal yang ditulis oleh partisipan atau format data lainnya, strategi utama berfungsi untuk menangkap maksud/arti yang mendalam dari pengalaman yang dimiliki partisipan. Studi yang memusatkan pada masyarakat sosial dan budaya di dalam suatu kelompok, suatu program, atau suatu organisasi yang secara khas menyertai format beberapa studi kasus sebagai strategi. Penelitian yang fokusnya pada bahasa dan komunikasi memiliki tipikal memakai mikroanalisis atau analisis tekstual meliputi tuturan, dan teks yang kemudian direkam (seringnya menggunakan video) lalu dianalisis. Langsung dihubungkan dengan jenis kuantitatif dan rumusan masalah, setiap strategi menetapkan fokus dari penelitian (individual, kelompok, interaksi) dan pendekatan keseluruhan sampai pnegumpulan data.
Berbedaan antara tiga strategi yang luas ini menyisakan akan dua kelanjutan: kompleksitas dari desain dan tingkatan dari interaksi jarak dekat diantara peneliti dan partisipan. Dalam wawancara mendalam, strategi adalah elegan dalam desain, mengandalkan pada satu metode primer untuk pengumpulan data.

Table 3.1
Genre Strategi Utama Fokus Penelitian
Pengalaman hidup Interview mendalam Individual
Sosial dan budaya Studi kasus Kelompok atau organisasi
Bahasa dan komunikasi Mikroanalisis atau teks analisis Interaksi dan tuturan

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus. Dalam penelitian kualitatif, pnentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti.
Strategi adalah sebuah petunjuk jalan, sebuah rencana untuk menjalankan sebuah eksplorasi yang sistematis dari fenomena yang dianggap menarik, sedangkan metode penelitian adalah alat yang spesifik untuk melaksanakan eksplorasi. Dalam wawancara mendalam strategi menetetapkan sebuah metode primer untuk pnegumpulan data – proses wawancara. Dalam studi kasus dan mikroanalisis, kombinasi dari metode-metode ditujukan untuk merespon rumusan masalah dalam penelitian mungkin akan kompleks. Sebuah studi kasus yaitu akibat reformasi kesejahteraan, misalnya, dapat mengandalkan pada sebuah kesatuan metode-metode, menyusun dari wawancara mendalam sampai analisis pengalaman kerja. Sebuah studi mikroanalisis dari interaksi kelas mugkin memilih observasi langsung (melalui rekaman video) disuplementasi oleh wawancara analisis tugas murid. Strategi dapat menyusun studi dengan menempatkan batasan-batasan disekitarnya, mengidentifikasi fokus analisa. Strategi peneliti adalah sebuah produk dari keputusan utama yang dibuat oleh peneliti untuk menunjukkan akan pendekatan terbaik untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam proposal penelitian.
Dalam pengembangan strategi, peneliti perlu mempertimbangkan ketercukupan informasi dan efisiensi (Zelditch, 1962) dan sebuah kesatuan dari pertimbangan yang pantas. Untuk melihat kecukupan strategi, tanyakan apakah desain penelitian ini dapat dipakai tanpa membahayakan masyarakat atau secara signifikan mengacaukan seting. Tanyakan apakah ini sepertinya akan membantu respon-respon untuk rumusan masalah secara terus menerus dan benar-benar dipikirkan.

Gambar 3.1. Kompleksitas dari Desain dan Interaksi
Wawancara mendalam Mikroanalisis Studi Kasus
Simpel Kompleksitas dari Desain

Kompleks
Dekat dan Personal Tingkatan dari Interaksi

Menyebar

Untuk menunjang argumentasi dan rasionalisasi untuk sebuah jenis dan strategi, diskusi dari studi seorang penerbang bisa menjadi cukup penting. Ketika peneliti menyatakan bahwa dia mampu untuk melaksanakan penelitian yang telah diajukan dan memperlihatkan sebuah deskripsi dan penaksiran dari sebuah studi kualitatif pilot dengan intrik persiapan data, orang-orang yang ragu biasanya terbujuk. Sebagaimana Sampson (2004) memberi catatan,
Sementara pilot bisa digunakan untuk menyaring instrumen-instrumen seperti kuisoner dan jadwal wawancara, mereka memiliki kegunaan yang lebih bagus masih dalam pendekatan etnografis sampai pengumpulan data dalam membayangkan permasalah penelitian dan rumusan masalah, dalam menyoroti jenjang dan apa yang dibuang di dalam pengumpulan data, dan dalam mempertimbangkan isu-isu yang lebih luas seperti validitas penelitian, etika, representasi, dan keselamatan dan kesehatan peneliti. (p.383)

Wawancara pandu akan membantu dalam memahami diri sendiri sebagai seorang peneliti. Dalam penelitiannya yaitu ketakutan dari pekerja sosial, Smith (1999) menunjukkan bagaimana panduan membantu menghilangkan batasan seperti ketergantungan akan alat perekam dan kecurigaan mengenai agenda peneliti.
Bahkan tanpa sebuah studi pilot, peneliti bisa mendemonstrasikan observasi atau wawancara. Pengalaman ini biasanya mengungkapkan pertanyaan yang mengagumkan dan pola yang membangkitkan minat. Sebuah deskripsi observasi awal menunjukkan tidak hanya suatu kemampuan untuk memenej penelitian ini tetapi juga kekuatan dari jenis tersebut untuk membangkitkan rumusan masalah. Demikian, deskripsi dari sebuah studi pilot atau observasi awal memperkuat sebuah proposal penelitian.
Sebagai tambahan untuk mengembangkan genre dan strategi yang kuat, proposal dalam bagian ini seharusnya memperhatikan hak-hak untuk memodifikasi aspek-aspek dari desain pada saat proses penelitian dilaksanakan. Investigasi awal dari sebuah fenomena dapat juga menunjukkan keuntungan dari menjaga fleksibilitas. Geer (1969) mengemukakan apa yang seharunya dilakukan peneliti pada saat pertama kali, dia mendeskripsikan bahwa peneliti kualitatif harus turun langsung di dalam setting penelitian, dimulai dengan beberapa konsep analitis yang sebelumnya sudah diidentifikasi pada penelitian sebelumnya, dibimbing oleh kerangka kerja teoritis dan berhubungan dengan rumusan masalah. Hal-hal tersebut membantu para peneliti untuk menentukan situasi yang seperti apa yang akan diobservasi, siapa yang akan diwawancarai, dan apa yang akan ditanyakan. Peneliti harus membangun kebutuhan dan hak untuk menentukan fokus penelitian setelah pertama kali mereka terjun ke lapangan.
Salah satu tujuan dari desain penelitian adalah untuk menunjukkan bahwa peneliti mampu mengadakan penelitian kualitatif. Materi-materi dari pelajaran metodologi kualitatif atau dari bahan baca individu akan menunjukkan kekayaan dan kutipan yang layak dari pekerjaan peneliti. Hal ini ditujukan semata bukan untuk membuat pembaca terkesan dengan kutipan-kutipan yang ada, namun hal ini ditujukan untuk menyajikan bukti yang solid atau kuat bahwa peneliti telah masuk kedalam perbincangan kritis mengenai metodologi. Hal ini untuk menunjukkan sebuah pengetahuan mengenai historis dan keberlanjutan wacana metodologi mengenai penelitian kualitatif dan jenis yang spesifik dimana studi tersebut disituasikan. Kutipan-kutipan tersebut meletakkan studi seseorang dalam sebuah tradisi yang establis dari metodologi penelitian. Sebuah peningkatan jumlah pada peneliti telah memberikan deskripsi dari rasionalisasi untuk pengembangan desain penelitian; baik klasik dan pekerjaan yang lebih baru direkomendasikan pada bagian akhir bab ini. Hal-hal yang memberikan apendiks-apendiks pada metodologi khususnya yang berguna.
Refleksi pada identitas seseorang dan perasaan seseorang dari ujaran dan perspektif dan mempertimbangkan asumsi-asumsi dan sensitivitas adalah kunci untuk sebuah diskusi dari pilihan peneliti akan rumusan masalah dan peran peneliti. Skema yang ditunjukkan pada gambar no 3.2 sangat menggambarkan jenjang pertanyaan yang untuk dipertimbangkan, baik untuk proposal atau laporan akhir penelitian.
Segera sesudah pendekatan keseluruhan dan rasional yang mendukung telah diberikan, kerangka proposal, seting atau populasi dari ketertarikan dan rencana-rencana untuk sampel yang lebih spesifik dari masyarakat, tempat, dan kejadian. Kerangka ini menyediakan pembaca dengan sebuah pemikiran dari
Gambar 3.2

Reflexive Questions:
Triangulated Inquiry

Those Those
studied receivi receiving the
(participants): study (audience):
How do they How do they
know what they make sense of what
know? What shapes I give I give them? What
and has shaped their perspect perspectives do they bring
worldview? How do they to the findings I offer?
perceive me? Why? How How do they perceive me?
do I know? How do I perceive How do I perceive them?
them?


Myself:
(as qualitative inquirer):
What do I know?
How do I know what I know?
What shapes and has shaped my perspective?
With what voice do I share my perspective?
What do I do with what I have found?
skup penelitian yang telah diajukan dan apakah intensitasnya, jumlahnya, dan kekayaan dari datanya yang akan mendorong respon penuh kepada rumusan masalah. Peneliti boleh merencanakan sebuah bagan yang menunjukkan eksplorasi pada pertanyaan, seting yang potensial, dan strategi pengumpulan data yang spesifik untuk menunjukkan kelogisan dari desain penelitian. Untuk tambahan, proposal seharunya ditujukan mengenai peran peneliti, termasuk (a) entry, timbal balik, dan kelayakan; (b) tekhnik pengkoleksian data yang terencana; (c) bagaimana data akan direkam dan diatur; (d) strategi-strategi persiapan untuk data analisis; (e) fitur-fitur desain untuk jaminan bahwa penelitian dapat dipercaya dan (f) pengaturan rencana dengan pencantuman waktu kapan studi dilakukan dan laporan akhir dari penelitian.
Pada bagian desain penelitian menggambarkan bukti-bukti yang mendukung untuk keputusan-keputusan dari kutipan yang relevan dari para peneliti yang telah menulis tentang isu-isu ini, dengan demikian akan menghilangkan ketakutan yang memunculkan dilema di lapangan akan menjadi tidak teratur. Contohnya, untuk menjelaskan etika peneliti dengan mempertimbangkan partisipan, pengalaman dari Krieger (1985) yang mempelajari komunitas lesbian adalah berguna dan memaksakan. Atau peneliti dapat mengutip Chaudhry (1997) mencontohkan menangani peranan yang kompleks yang membawa dilema seperti yang telah distudikan di imigran muslim di Pakistan. Peneliti bisa menggunakan konsep dari kerangka kerjanya konseptualny sendiri dan kutipan dari pertimbangan literaturnya untuk menganjurkan kemungkinan kategori atau tema untuk data analisis.
Pada akhirnya, jika mungkin, hal ini berguna untuk memasukkan sebuah daftar dari pendahuluan atau pertanyaan wawancara yang tentatif sebagaimana dalam kategori observasi dan pengkodean. Banyak subjek yang menggunakan manusia meninjau komite di universitas membutuhkan ini. Agensi dana akan menemukan taksiran mengenai kualitas dari proposal. Hal-hal ini bisa dikembangkan dari sebuah studi pilot atau dari tinjauan literature. Seperti sebuah kerangka yang mendemonstrasikan bahwa peneliti mempunyai kemampuan untuk membuat hubungan diantara konsep-konsep yang membuat peka, dari tinjauan literatur sampai desain penelitian. Juga menggaris bawahi bahwa peneliti mengerti bagaimana memulai untuk mengumpulkan data sebagaimana studi dimulai dan bahwa dia memiliki pendekatan awal untuk menganalisa data. Seperti yang diilustrasikan pada Vignette 6 yang diambil dari penceritaan milik Basit (2003) tentang rencana untuk analisis data dalam studinya dari aspirasi perempuan muslim di Britania:

Vignette 6
Mengantisipasi Kategori Pengkodean Awal

Mengantisipasi yang susah, belum adanya kreativitas, proses dinamis dari alasan induktif, pemikiran, dan teorisasi, Tehima Basit menhetahui bahwa perencanaan awal untuk pengkodean data adalah hal yang penting. Dia membaca semua peringatan-peringatandan saran dari Miles (1979), Gough dan Scott (2000), dan Delamont (1992), yang mengingatkan untuk menghindari jalan pintas. Sebagaimana dia sudah mempersiapkan untuk mendeskripsikan bagaimana dia akan menanganinya ”kondensasi data” dan ”distilasi data” (Tesch, 1990), dia tahu dia harus menyuguhkan beberapa contoh kongkrit mengenai bagaimana proses berlangsung. Dia mengingatkan bahwa ”nama-nama kategori bisa datang dari kumpulan konsep dimana peneliti sudah memilikinya dari kedisiplinan dan keprofesionalisasian membaca, atau meminjam dari literatur teknis, atau merupakan kata-kata dan frase-frase yang digunakan oleh informan sendiri” (Basit, 2003 p.144). Dari wawancaranya dengan perempuan remaja, orangtua, dan guru-guru, dia mendapatkan 67 kode dan tema: etnisitas, bahasa, kebebasan, kontrol, gender, pola-pola keluarga, pernikahan dan karir, pendidikan lanjut, tugas, aspirasi yang tidak realistis, dan seterusnya. Dengan hal-hal tersebut sebagai awal, dia mengarah kepada tinjauan literaturnya untuk konsep untuk mendapatkan hubungan yang lebih dalam. Demikian, pengembangan kategori pengkodeannya telah dikembangkan dari tinjauan literaturnya tetapi juga datang dari wawancara dimana memberikan konteks dan cara-cara dari pengubahan, dan penyaringan tema.
Pencelupan kedalam pengumpulan dan analisis data dengan pemikiran yang bagus dari tema awal dan dengan pemikiran yang kuat untuk kebutuhan akan nilai yang tidak terstruktur, non-numerik yang merupakan sifat dari data kualitatif yang disuguhkan oleh Basit (dan peninjaunya) dengan kebutuhan akan petunjuk dan penentraman. Dengan percaya diri, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan, bagaimana memenej data yang sangat besar? Dan pada bagian mana tinjauan literaturmu merangkai analisismu?
Salah satunya harus disertai dengan pernyataan yang bagus mengenai pendekatan keseluruhan di dalam proposal. Segera sesudah hal ini dibangun, proposal dilanjutkan dengan lebih memfokuskan mengenai keputusan desain.

 Setting, Lokasi, Populasi, atau Fenomena
Kecuali jika sebuah studi diterangkan secara sempit, para peneliti tidak dapat mempelajari semua keadaan, kejadian, atau masyarakat secara mendalam. Akan tetapi, mereka memilih sampel-sampel sebagai bahan acuan yang paling fundamental dalam mendesain study dan menjadikannya pembimbing bagi peneliti. Akhir-akhir ini, keputusan yang signifikan membentuk secara keseluruhan dan seharusnya secara jelas dideskripsikan dan dijelaskan.
Beberapa penelitian telah menentukan tempat dengan spesifik. Contohnya, penelitian yang menanyakan, dengan proses apa program studi wanita mejadi penggabungan kedalam universitas? Harus fokus pada seting dimana penelitian ini dilaksanakan. Sebaliknya, penelitian yang menanyakan, dengan proses apa yang dilakukan unit inovatif menjadi penggabungan menjadi organisasional pendidikan? Mempunyai sebuah pilihan dalam banyaknya tempat dan banyaknya program substantif yang berbeda. Pertanyaan seperti, dengan proses apa sukarelawan Peace Corps mampu untuk mempengaruhi perkembangan kesehatan jangka panjang dalam komunitas? Bisa dikejar di banyak tempat dipenjuru dunia.
Keputusan untuk fokus dalam seting yang spesifik (misalnya, Program Studi Perempuan di University of Massachusetts atau geng jalanan di Cincinati) adalah sesuatu yang agak memaksa; studi itu ditegaskan oleh dan dengan baik sekali dihubungkan dengan tempat itu. Memilih untuk mempelajari sebuah jenis populasi khusus (fakultas di program studi wanita atau geng jalanan) adalah sesuatu yang kurang: studi ini bisa dilakukan di lebih dari satu tempat. Mempelajari sebuah fenomena (sosialisasi dari fakultas baru) bahkan sesuatu yang sedikit paksaan oleh baik tempat maupun populasi. Dalam contoh yang terakhir ini, peneliti memutuskan sebuah strategi sampling yang sangat bertujuan dan representatif.
Jika studi tersebut mengenai program yang spesifik, organisasi, tempat, atau daerah, beberapa detail yang mengenai tempat adalah sesuatu yang krusial bagi para pembaca. Rasionalisasi seharusnya juga disediakan di kerangkanya untuk menunjukkan mengapa seting yang spesifik ini lebih pantas daripada yang lain untuk studi tersebut. Apa yang unik? Karakteristik apa dari seting yang memaksakan dan biasa? Membenarkan yang terakhir dan keputusan yang benar-benar signifikan.
Bagaimana kalau penelitian dengan setingmu sendiri? Sementara akses yang mengarah ke tempat adalah otomatis semenjak kamu adalah orang asli dari tempat itu, pertimbangan-pertimbangan dibawah ini diasosiasikan dengan akses tersebut: ekspektasi dari peneliti berdasarkan kefamiliaran dengan seting dan masyarakatnya; transisi dari peneliti dimana mempunyai peranan yang lebih familiar dengan setingnya, dilema politika dan etika; resiko dari tidak menutupi rusaknya pengetahuan yang potensial; berjuang dengan kedekatan dan ketertutupan (Alvesson, 2003). Ada juga aspek-aspek positif: relatif mempunyai akses yang meudah dengan partisipan; mengurangi pengeluaran waktu untuk aspek khusus dari pengumpulan data; lokasi yang mudah untuk penelitian; ada potensi untuk membangun hubungan kepercayaan; dan, seperti yang diutarakan oleh Kanuha (2000), ”being drawn to study ’my own kind” (p.441). Kedekatan dengan masyarakat dan fenomena yang terjadi melalui interaksi menyebabkan pemahaman yang subjektif yang bisa berkembang hebat akan data kualitatif (Toma, 2000). Tempat yang realistis adalah dimana (a) judul itu mungkin, (b) ada kemungkinan yang tinggi mengenai banyak proses pencampuran, program, interaksi, dan sturktur ketertarikan yang sekarang, (c) peneliti sepertinya mampu untuk membangun hubungan kepercayaan dengan partisipan di dalam studi, (d) studi dapat dilakukan dan dilaporkan secara etis, dan (e) kredibilitas dan kualitas data penelitian secara beralasan terjamin. Walaupun idealisnya hal ini jarang sekali tercapai, meskipun proposal mendeskripsikan mengenai apa yang membuat pemilihan dari tempat yang istimewa disuarakan khususnya. Tempat bisa menjadi representasi yang sempurna dan menarik dan untuk menyediakan jangkauan dari contoh fenomena dimana studi dilaksanakan, tetapi jika peneliti tidak dapat mencapai akses ke dalam tempat atau ke tingkatan kelompok dan aktivitas didalamnya, maka studi tersebut tidak akan sukses. Demikian juga, jika penliti merasa sangat tidak nyaman atau membahayakan di dalam tempat ini, atau proses pengumpulan data atau penemuan dari penelitian akan membawa dampak yang bahaya, maka tempat tersebut menjadi beresiko dan proses penelitian akan menjadi terhambat.
Seseorang tidak dapat meneliti alam semesta – segalanya, tempat manapun, kapanpun. Malahan, peneliti membuat seleksi dari tempat dan sampel dari waktu, tempat, masyarakat, dan sesuatu untuk dipelajari. Ketika fokus penelitian adalah populasi tertentu, peneliti harus memberikan sebuah strategi untuk mengambil sampel pada populasi tersebut. Contohnya, didalam studinya yaitu penghentian paksaan dari psikoterapi, strategi milik Kahn (1992) adalah untuk memasang catatan-catatan di dalam komunitas lokal yang menanyakan mengenai partisipan. Kebanyakan diskusi terjadi pada pemeriksaan proposalnya mengenai kemungkinan yang terjadi pada strategi ini. Memberikan jaminan mengenai pengumpulan partisipan menggunakan metode ini sebelumnya, komite setuju; strategi sangat sukses diterapkan.
Menggunakan sampel dalam penelitian kualitatif tergantung beberapa faktor yang kompleks. Studi kasus bisa jadi cuman seorang, seperti contoh klasik The Man in The Principal’s Office (Wolcott, 1973), peranan, interaksi, dan perasaan dalam sebuah bar, seperti The Cocktail Waitress (Spradley & Mann, 1975). Dalam penelitian kesehatan (yang sepertinya didanai dengan baik), kualitatif akhir-akhir ini atau studi metode campuran merata-ratai menggunakan satu sampai empat informan. Sepuluh kelompok adalah jumlah rata-rata dalam fokus kelompok, 16 sampai 24 bulan untuk pekerjaan lapangan adalah angka yang normal dalam studi observasi (Safman & Sobal, 2004). Ambiguous Empowerment: The Work Narratives of Women School Superintendents (Chase, 1995) didasarkan dari 92 rekaman wawancara dengan pembuat kebijakan, pemilihan konsultan, anggota dewan sekolah, dan pengawas, sebagaimana observasi dalam seting pekerjaan.
Sementara pendanaan dan pemaksaan waktu mempengaruhi jumlah dari sampel, akan menitik beratkan dan mempertimbangakan pada pertanyaan dari tujuan penelitian. Sebuah budaya dan profesi yang tidak diketahui dipelajari dalam over time may be composed of one case study or ethnography. Sebuah penelitian mengenai daya tangkap ibu baru untuk melatih pemberian ASI bisa menjadi sampel yang besar, didalam kesatuan yang sangat besar dari seting, dengan pendanaan yang bagus dan tim penelitian dalam jumlah yang besar. Sebuah contoh kecil akan sangat berguna dalam mempertebal deskripsi cultural. Sampel yang besar didalam perbedaan dan seting yang bervariasi dengan partisipan yang berbeda akan juga bisa terlihat sebagai poin yang berguna semenjak transferabilitasnya akan menjadi hebat.
Didalam proposal, peneliti harus mengantisipasi pertanyaan mengenai kredibilitas dan kepercayaan akan penemuan; pemilihan sampel yang buruk; keputusan yang akan mengancam penemuan. Untuk menjelaskan sebuah sampel, seseorang harus mengetahui keuniversalitasan akan kemungkinan sampel dan keseluruhan dari variabel-variabel mereka yang relevan. Semenjak hal ini adalah sebuah pekerjaan yang tidak mungkin, kompromi terbaik adalah mengikut sertakan sampel dengan variasi yang beralasan di dalam fenomena, seting, atau masyarakat (Dobbert, 1982).
Dahulu, pelajar dalam komunitas belajar berurusan dengan isu sampel. Ketika studi the famous Yankee City sepertinya meminta sebuah studi yang paralel dengan the Deep South, Warner (dilaporkan oleh Gardner dalam White, 1984) mempertimbangkan pengidentifikasian sebuah kota yang mewakili Deep South. Setelah memilih beberapa kota yang memenuhi kriteria dari segi ukuran dan sejarah, dia bertemu dengan para pemimpin dan membangun komunikasi dalam komunitas, pada akhirnya memilih Natchez, Mississippi, sebagai tempat untuk Deep South: A Soicial Anthropological Study of Caste and Class (Davis, Gardner, & Gardner, 1941). Natchez akan digunakan untuk menegosiasi akses untuk tingkatan yang berbeda dari caste system. Kegunaan dari dua tim istri-suami, satu berkulit hitam dan satu berkulit putih, juga akan mengurangi akses. Karena mereka semua dibesarkan di South dan familiar dengan perilaku yang layak didalam caste system, maka mereka bisa mengamati, wawancara, dan berpartisipasi dalam aktivitas, interaksi yang mewakili semua tingkatan dari komunitas di Natchez.
Laporannya mendemonstrasikan bahwa Natchez, meskipun bukan seperti kebanyakan komunitas yang ada di South, tetapi tidak khas. Kriteria seting yanh abstrak, memeriksa tempat untuk tingkat yang lebih lanjut, dan berhati-hati dalam merencanakan entry memastikan bahwa (a) tim peneliti mampu berpindah-pindah melalui komunitas untuk mengumpulkan data, dan (b) Natchez bukannya bukan perwakilan dari penelitian universal. Peneliti telah mengidentifikasi tempat yang akan membuat perbandingannya menjadi maksimal dan akses untuk ijin untuk menjangkau tingkah laku dan perspektif. Sudah jelas, bahwa pemilihan dari tempat dan sampel merupakan keputusan yang sangat penting.
Dalam komunitas lainnya, ”Elmtown,” tipikal komunitas Midwestern, kekurangan dalam membangun komunikasi dengan pemimpin lokal akan membuat tim peneliti akan bertindak seperti anggota asli dalam komunitas. Lalu mereka akan membangun akses kepada orangtua dan fungsionari institusi melalui ketertarikan mereka dalam pengembangan karakter remaja. Ketertarikan ini membawa mereka untuk ajakan untuk berbicara sebelum sebuah variasi dari organisasi komunitas, memutuskan komunitas tambahan. Mereka menghabiskan sejumlah waktu untuk memikirkan seting yang informal juga dengan anak-anak mudanya. Mereka berada di sekolah menengah atas sebelum kelasnya dimulai, di siang hari, dan sepulang sekolah; mereka menhadiri kebanyakan dari aktivitas sekolah, hubungan gereja, pertemuan pramuka, tari, dan pesta; dan mereka bermain skate board, bowling, billiard, poker, dan umumnya ”hang out” di tempat biasa dikunjungi anak-anak muda. ”Teknik observasi adalah dengan bersama mereka sesering mungkin dan tidak mengkritisi kegiatan mereka, menceritakan sesuatu, atau mencampuri urusan mereka untuk menghindari kecurigaan mereka dalam beberapa minggu” (Hollingshead, 1975, p.15). Kemampuan peneliti untuk membangun akses dalam jangkauan kelompok dan akitivitas dipertinggi oleh kemampuan mereka untuk membaur. Pemilihan tempat dan sampel seharusnya direncanakan disekitaran isu yang praktikal, seperti tingkatan kenyamanan peneliti, kemampuan untuk cocok dengan peranan selama melakukan observasi partisipan, dan akses hingga jangkauan sub-kelompok dan aktivitasnya. Dalam beberapa proposal, khususnya mereka yang mempelajari tempat ganda yang dilakukan dengan beberapa peneliti untuk mempelajari organisasi, sangatlah bijak untuk membuat keputusan tentang sampel menjadi lebih baik. Hal ini akan dibahas selanjutnya.

 Memilih Sampel dari Masyarakat, Tindakan, Kejadian dan atau Proses

Pada saat keputusan awal sudah dibuat untuk memfokuskan pada lokasi yang spesifik, populasi, atau fenomena yang berikutnya adalah memutuskan sampel. Proposal menjelaskan rencana, seperti yang sudah diputuskan sebelum penelitian dimulai, yang akan menuntun seleksi sampel, peneliti harus selalu sadar akan kebutuhan fleksibilitas. Seperti yang diungkapkan oleh Denzin,”semua kegiatan dari sampel adalah dilaporkan secara teoritis” (1989, p.73). Demikian, konsep-konsep yang membuat peka dari tinjauan literatur dan rumusan masalah memberikan fokus untuk pemilihan tempat dan sampel; jika mereka tidak melakukannya, peneliti setidak-tidaknya membuat prosedur dan kriteria pembuatan keputusan menjadi eksplisit.
Penentuan sampel yang dikembangkan secara baik sangat krusial untuk studi-studi yang hampir sama. Membuat keputusan logis dan mempersembahkan sebuah pemikiran akan sangat membantu mengembangkan kasus pada penelitian yang diajukan. Keputusan mengenai pengsampelan masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang dibuat bersamaan dengan keputusan mengenai metode pengumpulan data yang spesifik untk digunakan dan seharusnya dipikirkan lebih lanjut. Ketika ditemui, contohnya, dengan kompleksitasnya mempelajari maksud dari manager perempuan terletak pada komunikasi lewat media komputer, Alvarez (1993) harus mendeskripsikan individual dan kejadian yang seperti apa akan menjadi sesuatu yang menonjol untuk studinya.


VIGNETTE 7
Memfokuskan kepada masyarakat dan kejadian

Pertanyaan umum membawa penelitian Alvarez (1993) yang mengenai komunikasi media melalui computer, secara spesifik seperti surat elektronik atau e-mail, yang merubah komunikasi manusia menggunakan teks yang terorganisir.dia tertarik akan kekuatan komunikasi lewat e-mail antar pelaku yang memiliki status yang tidak sama.
Strategi pemilihan sampel dimulai sebagaimana kebutuhan akan informasi (Patton, 1990) dalam mempelajari individu yang menyajikan fenomena secara intens. Perhatian yang hampir sama ditunjukkan ketka ada partisipan laki-laki dan perempuan dalam penelitian, memberikan literature yang teoritis akan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kesenangan pemakaian computer. Dia menjelaskan bahwa mengamati pengiriman atau penerimaan pesan akan memberikan sedikit hasil, dia walaubagaimanapun, melontarkan beberapa pertanyaan kepada koresponden berbagi informasi bersamanya dan untuk terlibat dalam wawancara mendalam.

Dalam mendesain penelitian dengan lokasi yang ganda, dengan tim atau para peneliti, atau dengan keduanya, rencana-rencana dalam strategi pengambilan sampel sangat krusial. Miles dan Huberman (1994) memberikan petunjuk yang bagus dalam perencanaan. Vignette 8 mengilustrasikan kebutuhan yang lebih utama untuk suara, rencana pengsampelan dalam sebuah studi multi tempat yang melibatkan lebih dari satu peneliti. Rencana ini diambil dari sebuah studi tentang budaya sekolah menengah atas (Rosman, Corbertt, & Firestone, 1984) dan menggambarkan pemikiran yang ekstinsif mengenai tempat, keadaan tertentu, dan masyarakat dimana peneliti akan belajar untuk merespon secara bijaksana dan secara sensitif mengenai rumusan masalah.




Vignette 8
Pengsampelan dan Perilaku

Untuk merencanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi kejadian-kejadian, seting, aktor, dan benda-benda yang mungkin berpotensi akan menjadi data yang bagus dalam setiap lima domain kultural: kolegalitas, komunitas, tujuan dan ekspektasi, orientasi kegiatan, dan dasar pengetahuan untuk mengajar. Poin-poin di dalamnya dalam setiap kategori menyediakan parameter untuk membingkai pengumpulan data dan mewakili inti data peneliti yakin akan menjadi berguna. Peneliti mengawali dengan seting karena hal ini merupakan sesuatu yang kongkrit, sebagaimana mereka mengumpulkan data di tempat publik (kantor utama, gang, dan tempat parkir), ruang guru atau ruan makan siang, kelas, tempat pertemuan, kantor pribadi, kantor departemen, gymnasium atau tempat locker, dan juga auditorium.
Di ruangan kedisiplinan, mereka berharap kerutinitasan atas penanganan pelanggaran, skorsing, atau pengeluaran dengan paksa; di dalam ruangan konselor, mungkin saja terjadi intervensi. Pada umumnya, peneliti berharap bahwa kejadian-kejadian yang penting dimana termasuk semuanya itu selama proses interaksi yang profesional. Hal ini juga termasuk rutinitas formal seperty fakultas dan pertemuan departemen, evaluasi, dan pertemuan persatuan; rutinitas informal seperti makan siang atau minum kopi, periode persiapan, istirahat, kedatangan di pagi hari; dan kejadian-kejadian disaat para profesional berinteraksi dengan siswa, termasuk mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, pengskorsan dan pengeluaran paksa, pergantian daftar nama, konseling, bimbingan kelanjutan.
Kategory yang pertama – kegiatan selama proses interaksi dengan profesional – akan mempersembahkan data utama dalam kolegalitas, tujuan dan ekspektasi, dan dasar pengetahuan untuk pengajaran. Fakultas dan pertemuan departemen menjadi krusial. Dalam pertemuan ini, norma-norma memerintah definisi lokal dari pengajaran dan seting menjadi buktinya. Rutinitas pagi hari dan perjumpaan informal lainnya- meminta pertolongan, gerak-gerik yang suportif, pertanyaan mengenai bagaimana sebuah konsep atau skill tertentu merupakan bentuk pengajaran yang terbaik – juga akan mengungkapkan juga akan mengungkapkan norma-norma ini dan merefleksikan gagasan-gagasan dari kolegalitas tetapi dalam porsi seting yang sedikit tidak terstruktur.



























Tabel 3.2. Pengumpulan Data: perencanaan sampling
Kolegalitas Komunitas Tujuan dan Ekspektasi Orientasi Tindakan Dasar pengetahuan
Seting
Tempat umum x x x x x
Ruang guru atau ruang makan siang x x x
Ruang kelas x x
Ruang pertemuan x x x
Kantor pribadi
Konselor x x
Pendisiplin x x
Wakil pimpinan untuk penjadwalan x
Pelatih x x
Kepala sekolah x
Kantor Departemen atau tempat kerja x x x x
Gymnasium atau locker room x x
Auditorium x
Kegiatan
Kegiatan selama profesional berinteraksi x
Fakultas/pertemuan departemen x x x
Makan siang/minum kopi/istirahat x x x
Dalam pelayanan x x
Sepulang sekolah x x
Kegiatan selama profesional dan murid berinteraksi
Mengajar x x x x
Kegiatan ekstrakurikuler x x x
Skorsing dan drop out x x x
Pergantian daftar nama x x x
Konseling x x x
Assemblies and pep rallies x x x
Pelaku
Administrator
Kepala sekolah x x x
Wakil kepsek untuk kedisiplinan x x
Wakil kepsek untuk kurikulum x x x x
Wakil kepsek untuk jadwal/nama x x x
Wakil kepsek untuk aktivitas
Konselor x x x
Pelatih x x x
Guru
Kepala departemen x x x x x
Kedudukan berbeda dalam gedung x x x x x
Departemen yang berbeda x x x x x
Murid
Tingkatan kemampuan yang berbeda x x x
Perbedaan sudut pandang x x x
Benda-benda x x x
Dokumen
Koran x x x
Pernyataan kebijakan x x x
Rekaman kehadiran x x
Rekaman disipliner x x
Rekaman hasil tes x
Objek
Logo x x
Maskot x x
Trofi x
Dekorasi x
Di tempat kerja x
Rencana fisikal x x

Kategori yang kedua – kegiatan dimana selama profesional dan murid berinteraksi – akan memberikan data mengenai komunitas, tujuan dan ekspektasi dan orientasi aksi. Keduanya di dalam kelas dan di luar kelas, ketika guru dan murid berinteraksi, mereka akan mengungkapkan atau tidak maka disitu akan ada rasa komunitas, dan apakah guru merasakan hal itu adalah penting untuk di menerjemahkan ide-ide dan konsep kedalam kegiatan seperti pelajaran atau kursus.
Sebagaimana pengumpulan data dilakukan, peneliti merencanakan untuk membuat sampel persepsi dari pelaku kunci keduanya didalam dan diluar sekolah. Akhirnya, peneliti berencana untuk mengumpulkan atau bahkan mendeskripsikan benda-benda tertentu yang akan menyediakan data disetiapnya dari lima domain. Rencana yang ada diatas, penekanannya ada pada observasi/pengamatan, karena banyak dari domain dimana peneliti mencoba untuk memahami. Demikian, mereka menduga norma dan nilai dari pola kebiasaan dan secara alamiah terjadi dalam percakapan. Wawancara membantu mereka untuk memahami seting dan mengkonstruksi ulang sejarah perubahan di sekolah menengah atas.

Perencanaan sampling terlihat di Vignette 8 dimana mencoba untuk menjamin bukti-bukti, ritual, sumber, dan interaksi akan diamati disetiap tempat. Sampel yang bersifat purposif dan teoritis, dimana dibimbing dengan kerangka kerja dan konsep yang teoritis, sering dibangun dengan desain kualitatif. Contohnya, penelitian pada budaya profesional akan menyarankan kepada peneliti seharusnya mengambil sampel diantara individu, kejadian, dan perasaan pada tahap awal dalam inisiasi sampai profesi. Sering, walau bagaimanapun, pemilihan tempat oleh peneliti dan sampling bermula dengan tempat yang mudah diakses (sebaik-baiknya sampling) dan dibangun dari dalam dan koneksi dari pengkoleksian data awal (snowball sampling).
Miles dan Huberman (1994) mendeskripsikan dengan jelas beberapa pendekatan yang berbeda untuk sampling pada tabel 3.3. Meskipunrencana seperti itu sering sekali berganti subjek, memberikan kenyataan akan penelitian lapangan, pada tahap proposal, mereka mendemonstrasikan bahwa peneliti mempunyai pemikiran melalui beberapa dari kompleksitas seting dan membuat dugaan awal tentang bagaimana membagi waktunya. Rencana seperti itu juga mengindikasikan bahwa peneliti telah mempertimbangkan baik kecukupan informasi yang di dapat dan keefektifan metode-metode tersebut. Segaris dengan pertimbangan ini, bagaimanapun isu dari peran peneliti dan partisipan adalah penting.

Tabel 3.3. Tipologis dari strategi sampling dalam penelitian kualitatif

Tipe dari sampling Tujuan
Variasi maximum Dokumen yang bervariasi dan mengidentifikasi pola yang umum

Homogen Fokus, pengurangan, pensederhanaan, memfasilitasi wawancara kelompok

Kasus penting Ijin generalisasi yang logis dan aplikasi maksimum dari informasi mengenai kasus lainnya

Dasar teroi Menemukan contoh dari sebuah konstruksi teoritis dengan demikian dapat dielaborasi dan diperiksakan

Kasus yang pasti dan tidak pasti Mengelaborasi analisis awal, mencari pengecualian, mencari variasi-variasi

Snowball dan chain Mengidentifikasi kasus-kasus dari ketertarikan yang berasal dari masyarakat yang mengetahui masyarakat yang mengetahui kasus apa yang memiliki informasi yang kaya

Kasus yang ekstrim dan menyimpang Belajar dari manifestasi yang sangat tidak biasa dari ketertarikan akan fenomena

Kasus yang tipikal Menyoroti apa yang normal dan rata-rata
Intensitas Melibatkan kasus yang memiliki kekayaan informasi yang memanifestasi fenomena secara intens, tetapi tidak dengan ekstrim

Kasus politik yang penting Menarik perhatian yang diinginkan atau menghindari perhatian yang tidak diinginkan

Acak dengan maksud tertentu Menambah kredibilitas pada sampel ketika sampel yang berpotensi menjadi maksud tertentu terlalu luas

Setrata dengan maksud tertentu Mengilustrasikan sub kelompok, memfasilitasi perbandingan

Patokan Meliputi semua kasus yang memenuhi beberapa kriteria, berguna untuk kepastian kualitas

Oportunistis Mengikuti pemimpin baru, mengambil keuntungan disaat tak terduga

Kombinasi atau campuran Melibatkan triangulasi dan fleksibilitas, menemui ketertarikan dan kebutuhan ganda

Efektifitas waktu Memanfaatkan waktu, uang, dan usaha tetapi mengorbankan informasi dan kredibilitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar